Sepucuk Surat

 



Murdi, sudahkah kau buka sepotong kertas itu?

Kau buka saja, dirobek juga boleh
Bacalah, ada bahagia yang harus dibagi

Murdi terkantuk-kantuk, Ia membuka amplopnya
Giginya bergetar, hatinya mungkin juga begitu
Ia tertawa keras, membagi getaran itu dengan neon di atas kepalanya

Tahukah, di sudut paling jauh dari matanya
Ia menangis, tangisan dari lelaki tua untuk cintanya
Cintanya yang telah purnabakti, kembali ke asal

Ia masih tertawa, Murdi namanya
Lelaki yang memutuskan membujang sampai tua
untuk cintanya yang muda
untuk wanita yang terikat 



Sebuah suara dari kematian
sebuah perayaan dari kepedihan, ibu keperihan
untuk malam yang hilang.

Komentar